Mengulas Karakter Mai di Mata Perempuan
Selama liburan
kemarin saya melihat tontonan yang sangat luar biasa, ini berdasarkan
rekomendasi media sosial yang setiap hari saya scroll. Saya menonton melalui
aplikasi OTT dengan durasi waktu yang tidak begitu lama. Alur pertama berkisah
tentang seorang perempuan yang menempati apartemen dengan lingkungan yang kurang
baik. Di mana lingkungan tersebut kerap dianggap sebelah mata dan penduduknya
sangat jauh dari kata positif. Sebut saja lingkungan prostitusi, tokoh utamanya
bernama Mai. Scene pertama hanya menampakan bagaimana kondisi seorang
perempuan yang berpindah ke lokasi baru tanpa menjabarkan permasalahannya apa.
Hingga di
suatu saat, tokoh pendukung bermunculan hingga sosok laki-laki dengan kemisteriusannya
mendekati Mai secara perlahan bernama Sau. Mai bekerja sebagai terapis di
sebuah tempat pijat, yang di mana tempat kerjanya pun hampir sama dengan
lingkungan tempat tinggalnya. Orang-orang di sekeliling Mai, sungguh dekat
dengan dunia negatif hehe.
Film ini
mengangkat isu sosial yang kompleks single parent, hubungan yang toxic,
lingkungan yang julid, rekan kerja yang toxic, hingga orang tua yang toxic.
Ibarat kata lingkungan tempat tinggal Mai tidak mendukung atas perasaannya yang
sangat frustrasi.
Karakter Mai
menurut saya sangat keren, di mana menunjukkan gambaran seorang wanita yang
tangguh dalam menghadapi masa sulitnya. Hampir setiap orang yang berada di
sekitar dia tidak ada yang memberikan hal baik. Emosi yang selalu dipendam
memberikan dampak yang kurang baik entah bagi Kesehatan mental dan fisiknya.
Sampai pada
suatu waktu Mai merasa diterima dengan berkomunikasi dengan sosok laki-laki
playboy bernama Sau. Kejauhan jarak usia dengan Mai membuatnya merasakan
nyaman. Merasa diterima, sikap kemanjaannya diterima dengan terbuka oleh Sau,
tanpa melihat latar belakang yang pernah dialami oleh Mai sebagai single
parent.
Saat saya
menonton filmnya saya menilai Mai sebagai sosok wanita yang sangat mandiri dan
tegas dalam menentukan masa depannya. Melihat bagaimana dia diperlakukan tidak
baik oleh keluarga, hingga hilang kepercayaan dirinya terhadap sosok laki-laki.
Perlahan ia merasa bersalah kepada sahabatnya, dan banyaknya penyesalan yang ia
pendam sendirian. Emosi yang terlalu lama dipendam akhirnya menghasilkan
regulasi yang tidak baik. Mai melawan orang-orang sekitarnya dengan sangat
berani, hingga akhirnya ia terbebas oleh lingkaran yang super toxic
bernama keluarga.
Namun, Mai
lagi-lag harus merelakan perasaannya untuk kepentingan orang lain. Saat dirinya
sendiri butuh untuk tempat bercerita lagi-lagi situasi yang kurang mendukung
perasaan Mai. Sosok laki-laki yang setiap saat menemani Mai berkeluh kesah
ternyata anak dari sahabat dekatnya yang kerap memberikan bantuan kepadanya. Hingga
suatu waktu Mai perlu merelakan perasaannya lagi dan lagi untuk orang lain.
Hal yang
paling berharga yang didapatkan selesai menonton film ini, mengajarkan kepada
kita bahwa sekuat-kuatnya sosok perempuan jika dilibatkan dengan masa sulit. Ia
akan menjadi sosok perempuan yang manja dan butuh perhatiannya lawan jenis.

Komentar