[REVIEW FILM] Noktah Merah Perkawinan

 

Ulasan Film Noktah Merah Perkawinan


sumber gambar : International School Design.

 

Film ini berkisah tentang rumah tangga usia muda yang sudah melewati 10 tahun dalam pernikahannya. Sebenarnya film ini hasil remake dari tayangannya terdahulu pada tahun 1996-1998. Sebenarnya saya baru pertama kali ini menontin film tanah air tentang rumah tangga. Film yang memiliki durasi kurang lebih 2 jam ini cukup menyuguhkan penonton dibuat campur aduk tentang rumah tangga yang dialami Ambar dan Gilang, sampai datangnya sosok orang ketiga bernama Yuli.

Film yang diperankan oleh Marsha Timoty (ambar), Oka Antara (Gilang, dan Sheila Dara (Yuli), memberikan sebuah representatit isu rumah tangga yang runyam di usia pernikahannya menginjak 10 tahun. Sebenarnya bukan hanya pantas ditonton untuk kalangan yang sudah berumah tangga saja, yang belum berumah tangga pun tidak menjadi masalah untuk menonton film ini. Termasuk saya hehe

Noktah Merah Perkawinan, bercerita tentang isu rumah tangga yang mengalami kehadiran orang ketiga di dalam rumah tangganya. Awal mula permasalahan itu keterlibatan orang tua masing-masing dalam permasalahan rumah tangga. Hal tersebut yang menjadi awal Ambar sebagai istri memutuskan kembali untuk bekerja. Kerlibatan kedua orang tua yang mencampuri permasalahannya, serta saudara kandung yang sering meminjam uang.

Kehidupan rumah tangga keduanya makin hari semakin runyam, saat salah satu murid di kelas keramiknya Ambar, bernama Yuli menaruh harapan dan perasaan kepada suaminya sendiri. Kehadiran sosok orang ketiga dalam rumah tangganya pun kian runyam saat komunikasi yang terjalin dengan Gilang tak sesuai dengan diharapkan. Mengharuskan Ambar melakukan konseling pernikahan kepada pakar, untuk menjembatani permasalahan rumah tangganya.

Dalam rumah tangga, di mana suami dan istri menurut saya bukan hanya ikatan suami istri secara personal saja. Melainkan, hubungan partner dalam menjalani keseharian dan melakukan aktivitas. Perlunya komunikasi intens yang dilakukan suami istri untuk menuangkan isi pikiran masing-masing. Meluangkan waktu untuk mengobril secara santai mungkin itu yang kurang dilakukan, melihat keduanya sama-sama sibuk akan pekerjaan.

Keterlibatan orang tua dan saudara di rumah tangga kerap menjadi permasalahan yang menjadi dominan pada masing-masing pasangan suami istri. Komunikasi dengan orang tua bagus, untuk terus mengetahui kabarnya tapi ada hal yang memang harus dibatasi terkait rumah tangga yang tidak mesti disampaikan secara keseluruhan kepada orang tua. Saya sebagai penonton di mana posisi belum berumah tangga jadi dapat memahami bahwa permasalahan rumah tangga tak selamanya tentang finansial.

Pada akhir film, saya melihat sosok orang ketiga di sini memiliki sifat protagonis tidak ingin memiliki secara keseluruhan dari tokoh utama yaitu sosok suami yang menjadi pilah rumah tangga Ambar.

Komentar