Sore itu
gerimis turun secara perlahan menghentikan aktivitasku secara instan
Sebelum
hujan deras membasahiku dengan sempurna, ku kemasi barang-barang dengan sigap
Tegap,
secara siap derasan air menghujaniku secara bertahap
Lalu
kucoba berlari mencari peristirahatan yang tepat
Sebelum
semuanya terlambat, kuberlari ke tempat lalu rehat sejenak
Ku duduk
termangu melihat pemandangan yang tidak biasa
setelah
hujan reda payungku ku letakan jauh dari
senderan kursi.
Basah
kuyup bajuku akibat berlari dari lapangan ke sebuah halte.
Ya halte
Tempatku
untuk mengeringkan pakaian, walau hanya sebuah ironi
Saat hujan
mengharapkan pakaian kering.
Di satu
tempat yang berbeda, dalam kejauhan pandangan kulihat seseorang memakai helm
retro menghampiriku tanpa sepatah kata pun terucap.
Lekas ia
parkirkan kendaraannya dengan kehati-hatian
Tanpa ia
sadari ada yang berdegup sangat kencang hatinya
Dari
kejauhan, jika ingin bernegosiasi apakah hujannya dibuat lama?
Hanya
ingin membuat terasa asing dan aman
Kugeser
posisiku untuk memberikan jarak kami berdiri di halte ini, kugeser
barang-barangku yang sudah lama menjadi tokoh pendamping tak berbicara..
Kucoba
membuang tatapan kaku ini, agar terlihat samar
Sebelum
semuanya terasa hambar, dua kata terucap dari lisannya
“Hai Keyla”
Bersambung…
Komentar