Menyusuri Jalan Kehidupan
sumber gambar : www.pinterest.com
Suasana jalan raya yang amat ramai memfokuskan pandangan saya pada
pemandangan yang sangat syahdu. Dua anak kecil berjalan menyusuri bahu jalan,
sambil menenteng tempat makanan ia bercengkarama dalam perjalanannya. Entah
sampai mana tujuan yang akan mereka selesaikan, dan mereka lakukan. Saya
termangu di selasar toko kelontong pasar menyaksikan betapa cerianya mereka
ditemani secerah suasana siang daerah perbatasan kedua provinsi ini.
Teringat kenangan diri dengan saudara yang memiliki nasib sama, namun
kondisi yang berbeda. Jangan mudah mengeluh dengan kondisi yang amat begitu
sulit, hanya karena kekurangan waktu untuk refreshing maka kamu mudah
sekali mengeluh dengan kondisi sekitar.
Salah satu memegang kotak cemilan donat untuk dijajakan di pasar, dan
seorang lagi memegang plastik sebagai bungkus pembelian donat yang dibeli konsumen.
Pemandangan yang sering saya lihat di siang hari. Syahdu dan terharu, mungkin
saya sebagai penikmat hanya memprediksi sepasang anak kecil itu adik kakak.
Saya teringat dengan situasi di masa lalu, ditinggal oleh orang tua ibu,
dan dikelilingi dengan keluarga yang sangat suport dalam hal pendidikan.
Hidup itu berputar, iya benar segala sesuatu yang ada di diri kita tidak
selamanya akan kekal. Allah memberikan itu semuanya sebagai titipan, sampai di
mana rasa amanahmu terhadap benda yang Allah titipkan. Mudahkah diamanahi, atau
malah sebaliknya, maka tidak usah heran jika suatu saat nanti segala titipannya
Allah ambil dengan caranya yang begitu unik.
Beberapa pandangan seperi tadi pun rasanya tidak langka sering kita
jumpai di sekeliling kita. Percaya atau tidak, bentuk pemandangan tersebut
bukan tidak ada arti dan tujuannya. Bisa saja Allah menghadirkan pemandangan
itu sebagai gambaran dan stimulus diri untuk selelu mengingat-Nya dalam segala
kondisi. Saat suka maupun sedang papa.
Banyak kondisi yang perlu kita syukuri di kehidupan, diawali dengan
bangun tidur Allah memberikan nafas bukan secara Cuma-Cuma menurut saya, ada
banyak aktivitas yang dapat dilakukan dan berpenghasilan bukan sekadar materi
yang diukur dengan uang. Namun, sempit pemikiran kita sebagai manusia yang
masih menganggap bahwa rezeki itu hanya berupa materi, dimulai dengan
diberikannya Kesehatan, lingkungan yang baik, karier yang baik, dan teman-teman
yang positif vibes pun bisa kita kategorikan sebagai rezeki nonmateri.
Jika hanya menjadikan dunia sebagai tolak ukur kebahagiaan manusia di
dunia rasanya sangat sempit dalam memandang kebahagiaan hanya bertolak dari
seberapa banyak materi yang ia punya.
Semuanya hanya titipan, bercengkarma, bersosial di lingkungan masyarakat,
bersenda gurau dengan keluarga adalah anugerah terindah yang dapat dinikmati
oleh hamba-NYA. Selagi diberikan nafas dan dikelilingi dengan orang yang sangat
supor dalam hal kebaikan maka perlulah kita erat genggamannya. Semoga keeratan
genggaman itu bukan hanya terjalin saat kebersamaan di dunia saja, melainkan
adanya hubungan yang kokoh dan syahdu sampai Jannah-NYA. Amiiiin Ya Robbal
Alamin.
Komentar