[REVIEW BOOK] Strawbery Generation Karya Rhenald Khasali

 

Ulasan Buku Strawbery Generation Karya Rhenald Khasali


gambar : www.goodreads.com

Sekitar beberapa tahun ke belakang saya membeli buku ini, dan berniat untuk mengulasnya karena sedang ramai istilah sandwich generation di media sosial saat ini. Sedikit bercerita awal mula saya membaca buku karya Prof. Rhenald Kasali ini pada saat sekitar tahun 2017, pada saat itu saya dengan sengaja meminjam buku salah satu murid saya di sekolah berjudul Baper (Bawa Perubahan) di mana buku tersebut berkisah mengenai mata kuliah yang diampu Prof di Universitas Indonesia yang merngharuskan para mahasiswanya berkelana ke luar negeri untuk mencari pengalaman. Sangat metode pembelajaran yang sangat luar biasa di mana langsung pada tahap praktikum.

Sandwich Generation semakin ramai diperbincangkan di media sosial rata-rata oleh kaum urban, penamaannya bermula seperti analogi sandwich yang memiliki lapisan di tiap lapisannya terdiri dari beberapa sayur dan ham. Peletakan nama tersebut bukan asal nama saja melainkankan berdasarkan penelitian di lapangan yang sangat kental dengan budaya dan aktivitas yang dilakukan oleh kaum urban. Bukan hanya untuk membiaya dirinya sendiri, di mana generasi sandwich ini ada beberapa lapisan lagi yang mesti ia pikirkan hehe kurang lebih seperti itu.

Nah, buku ini bedanya kata di depannya bernama buah-buahan, buah yang dipakai untuk penamaannya ialah strawbery. Awalnya saya bingung dari judulnya apa kaitannya dengan generasi X, Y, dan Z ternyata memiliki kesamaan penamaan hanya saja berbeda dari rentang usia generasi tersebut lahir. Eh pastinya pun psikis dan aktivitas kebiasaan tiap generasi berbeda ya. Saya pun sedikit bingung jika menjelaskan kepada murid-murid saya yang notabenenya mereka lahir di tahun 2007-2008-an sudah adanya gadget di kesehariannya.

Secara keseluruhan buku ini lebih cenderung self improvement sejenis buku pengembangan diri, terlihat dari daftar pustakanya saja cenderung mengenai mindset yang harus kita miliki dalam menjalani hari di masa depan. Kecemasan yang bermula dari Kurikulum sekolah, pola parenting yang akan dilakukan oleh kaum muda saat memiliki anak, kecemasan terhadap teknologi yang kian hari kian marak sampai pada titik di mana manusia harus bersikap bukan hanya sebagai penumpang saja melainkan sebagai driver. Penamaan buah strawbery ini mungkin kaitannya dengan bentuknya yang mudah hancur jika tergores atau bahkan jatuh, ditambahi dengan generasi jadi dapat dianalogikan bahwa untuk menggenggam dunia di masa depan agar tidak memiliki jiwa strawbery generation yang mudah hancur sebab perkembangan ke depan akan sangat keras dan luar biasa. Maka, jadilah strawvery yang tangguh.

Tapi ada hal yang membuat saya tertegun kaitannya di buku ini, saya dapat menyimpulkan di bidang parenting dan pendidikan. Bahwa untuk menjadi calon orang tua di masa depan yang nantinya pasti tantangannya akan sangat luar biasa dibanding saat ini perlulah mendalami berbagai ilmu pengetahuan terkait dunia parenting. Menjadi orang tua di masa depan harus memosisikan diri menjadi teman bahkan menjadi sahabatnya bagi anak, sebab dunia yang dijalani anak generasi alpha nantinya jelas berbeda sekali dengan saat ini. Orang tua bisa menjadi faktor pendorong suksesnya anak, dan orang tua juga dapat menjadi faktor menghambat berkembangnya anak di kemudian hari. Orang tua yang memiliki growth mindset akan membiarkan anaknya untuk mencoba hal baru yang nantinya dapat menjadi penunjang di masa depan sebagai skill-nya, membiarkan di sini bukan berarti membiarkan tanpa memantau ya. Jelas berbeda dengan sikap saat memberikan benda yang diminta anak sejenis motor contohnya tapi tanpa pantauan yang jelas terhadap anak, bahwa perlulah sikap bertangung jawab dan mawas diri jika sudah diberikan kepercayaan seperti itu.

Tidak dipungkiri bahwa di zaman yang sudah globalisasi ini tidak sedikit orang tua yang sangat khawatir anaknya untuk di luar rumah beraktivitas, bahkan bekerja di luar kota. Faktor minimnya informasi dan pengalaman yang membuat rasa khawatir tersebut berefek ke masa depan sang anak. Akan banyak larangan jika anak sudah menginjak dewasa, di mana masa dewasa seorang anak perlulah mencari pengalaman dan suasana di luar lingkungan rumah. Guna sebagai pembelajaran interaksi di lingkungan masyarakat, interaksi di dunia kerja, dan lingkungan berorganisasi.

Pembekalan pun perlu diisi bukan hanya seputar materi saja tapi pengalaman dan edukasi, jika dari kecil sudah dilarang-larang untuk jauh dengan orang tua dan tidak dibebaskan untuk memilih masa depannya maka kelak sebagai orang tua harus siap menanggung anaknya menempel terus di sekitar orang tua sampai dewasa. Ya kurang lebih saya dapat menyimpulkan seperti itu, apa yang dilakukan seorang anak perlulah didukungnya terlebih ke hal yang berkaitan penunjang keterampilannya di masa depan. Sebab pasti tantangan di masa depan sangat berbeda pada saat orang tua dahulu, jika tidak didukung dan selalu dibatasi maka perlulah kesiapan untuk mau direpoti di masa depan.

 

Komentar