[REVIEW BOOK] Melangkah Bersama Karya Aji Nur Afifah

 

Ulasan Buku Melangkah Searah (Asam Manis Rumah Tangga Muda) Karya Aji Nur Afifah

sumber gambar : qultummedia.com

Saat saya menginjak usia belasan tahun saya penasaran apa yang dipikrikan oleh orang dewasa yang berusia 20 tahun ke atas, terlebih di sekeliling saya masih banyak penganut nikah muda. Nikah mudah loh ya,, bener-bener muda hehe di usia belasan tahun, bagaimana kesehariannya tinggal di rumah, mengurusi rumah, bertetangga, dan mengobrol dengan lawan jenis. Ternyata setelah saya menginjak usia 20 tahun ke atas hal-hal seperti itu perlu pertimbangan yang sangat amat matang dan pastinya butuh ilmu untuk menjalaninya. Untung saya tidak bercita-cita ingin menikah muda, maaf nih ya bukan berarti menikah muda itu anggapannya aneh menurut saya, jika kamu bisa menjalaninya dan sanggup dengan segala konsekuensi dan risikonya ya silahkan saja.

Eh, tau-tau sekarang udah 27 tahun saja dan perlu dengan sangat memikirkan ke arah yang mungkin dari dulu tidak pernah terpikirkan oleh saya hehe. Yah namanya juga hidup, perlulah dibuat perencanaan hidup akan menjadi apa dan apa yang akan dikerjakan setelah itu mau ngapain? Hehe

Ternyata buku ini membuka cakrawala saya terkait ilmu serta pemahaman cara pandang saya mengenai berumah tangga, step yang perlu kita tahu dan hindari apa saja. Karena ini kisah yang terjadi di kehidupan penulisa jadi sangat relate dengan kesehariannya menjadi sepasang suami istri a.k.a rumah tangga muda menjalani kesehariannya. Ada beberapa bagian yang diceritakan di buku ini dimulai dari pertama kenal, pada suatu hubungan perlulah mengenal satu sama lain hal yang sangat kita sukai dan tidak kita sukai, maka dari itu hal untuk menjembataninya ialah komunikasi. Melalui komunikasi hal yang canggung akan jadi luwes kalau sudah berterus terang dan mengenal satu sama lain.

“menikahlah dengan seseorang yang juga mau menikahi mimpi-mimpimu. Yang matanya berbinar ketika citamu berbinar. Yang senyumnya ikut terkembang ketika asamu terkembang”

Saya suka kata-kata itu di bagian prolog buku, sepertinya penulis memiliki tujuan dan visi misi yang terarah dengan teman hidupnya. Artinya menikahlah dengan seseorang yang memiliki visi dan misi yang sama, adapun tujuannya ialah selalu mengarah pada hal kebaikan dan orientasinya kepada akhirat. Karena jika sesuatu selalu diakhiri tujuannya kepada dunia, tidak pernah puas dan bersyukur. Maka dari itu, fokuskanlah visi dan misi pada tujuannya akhirat.  Saat kita sebagai perempuan memiliki cita-cita tinggi ingin menjadi A, B, maka silahkan mencari pasangan hidup yang mau menemani di tiap perubahan kita ke arah yang lebih baik, berjalanlah beriringan, bertumbuh bersama-sama, saling support satu sama lain.

Di usia awalan aka nada problem-problem kecil yang mungkin sulit ditebak oleh pasangan muda, perihal pencocokan hobi masing-masing, sampai pola asuh keluarga yang sangat berbeda. Menikah, menyatukan 2 individu yang berbeda karakter, beda hobi, atau bahkan beda pola asuh pendidikan di keluarga masing-masing. Pada bagian ini saya banyak termenung dan berharap semoga keluarga baru yang nanti akan menemani hidup saya pasangan yang mau mendengarkan dan menyeimbangi celotehan saya yang sangat panjang dan kritis. Pola asuh keluarga dan cara berkomunikasi menjadi pengenalan yang mendasar bagi usia-usia rumah tangga muda, saya sering bertukar pikiran dengan teman yang sudah berumah tangga. Berpesan panjang lebar mengenai ini, terlebih saya yang dididik oleh seorang ayah kerap berkarakter keras, tegas, dan gamau ribet. Ya semoga calon pasangan saya memiliki sabar yang sangat banyak hehe amiiin

Perempuan dan laki-laki jelas memiliki perbedaan yang sangat mencolok, yang kadang membuat banyak salah paham ialah dari segi komunikasi. Ya kita tidak bisa pungkiri bahwa perempuan yang sangat perasa dan laki-laki memang mengedapankan logikanya dalam memutuskan suatu hal sampai masalah komunikasi.

“Dalam menikah, kosakata yang dikenal tidak hanya ‘manis’ dan ‘romantis’, tapi juga ‘adaptasi’, ‘kompromi’, dan ‘penerimaan’

Menikahinya bukan perkara hanya menikahi raganya saja, tapi ada keluarga yang kita cintai. Di sini kata penerimaan yang mewakilinya, menerima kekurangannya, menerima kelebihannya juga. Menjaga nama baiknya, sama juga menjaga nama baik keluarganya, saat sikap penerimaan ini terbentuk maka lambat laut manusia akan berproses dalam bentuk adaptasi dan pembiasaan. Termasuk saat posisi perempuan belum terbiasa melakukan pekerjaan yang bukan kebiasaanya seperti memasak hehe, posisi suami mesti bersabar sampai pekerjaan seperti itu menjadi biasa hingga jadi bisa di kesehariannya.

Saya setuju dengan penulis, bagian yang sangat krusial ialah masalah finansial, masalah ekonom sebelum melanjutkan ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan bisa diperbincangkan terlebih dahulu, dari pendapatan, cicilan, sedaqah, zakat dan kewajiban seorang istri bekerja atau tidak. Banyaknya pasangan muda yang pisah menurut saya bukan hanya perkara dari segi finansial saja, melainkan komunikasi yang kurang terbentuk dan tidak adanya kesiapan di awal pernikahan obrolan sejenis ini. Bisa saja atau boleh saja obrolan seperti ini dibahas oleh sepasang yang akan melanjutkan ke jenjang berikutnya. Saya berpedoman banyaknya harta bukan berarti manusia harus bahagia, karena sebanyak apapun harta berupa materi kalau tidak dipakai untuk jalan Allah tidak akan ada keberkahannya. Hal ini saya belajar dari ayah saya, di mana ayahnya selalu mengedepankan masalah pendidikan anak-anaknya padahal anak-anaknya dua perempuan. Di mana jauh di lingkungan rumah saya, jarang sekali seorang anak perempuan bersekolah tinggi, tapi ayah sangat optimis menyekolahkan kedua anak perempuannya harus kuliah dan memiliki gelar. Ayah tidak berhutang untuk gaya hidup, saya lihat kesehariannya pun sangat sederhana, berhemat perlu tapi hematnya ayah saya jelas ialah untuk menyekolahkan anaknya tinggi. Ya, alhamdulilah sekarang sudah terlihat hasil didikan ayah seperti apa, saya amat sangat bangga dan bersyukur sekali memilikinya..

Di mana prinsip saya saat masih single tidak ingin memiliki cicilan, cicilan dalam bentuk apapun kalau ingin membeli sesuatu lebih baik menabung dulu ya pasti dengan perkiraan benda yang ingin dibeli sesuai dengan isi kantong saya pastinya hehe. Misalnya saya ingin membeli kendaraan bermotor, yang saya butuhkan fungsinya kalau harus menyicil secara kredit 3 tahun saya tidak mau dan tidak ingin, yang saya utamakan fungsinya karena tidak ingin memulai prinsip hidup diawali dengan cicilan dan riba. Jauhi riba, hidupmu akan aman hehe

Mau menjadi ibu rumah tangga atau bekerja itu kembali lagi kepada pilihannya masing-masing, jika ingin tetap bekerja maka perlulah meminta izin kepada pasangan. Status perempuan pada saat single dan sudah berumah tangga jelas berbeda sebelum dan setelahnya, pada dasarnya setiap keputusan pasti selalu ada konsekuensinya, selalu libatkanlah Allah di setiap pengambilan keputusanmu, mengubah perspektif bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara bertujuanlah kepada akhirat.

Terakhir, tentang visi dan misi yang akan dijalani di kemudian hari pada status berumah tangga. Saya memiliki pandangan bahwa penyamaan visi dan misi kedua hal yang sangat krusial dengan finansial. Sebab kalau tujuannya tak sama tidak akan sampai ke tempat tujuan dengan selamat, penyamaan visi misi ini sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius seharusnya dan sepatutnya kedua belah pihak dapat membicarakannya terlebih dahulu. Kehidupan dan perspektif setiap orang pasti berbeda, jadi jangan mengaitkan istilah-istilah yang tidak relevan untuk dibahas di zaman sekarang ini, sebab bagi si yang menjalaninya pasti akan berbeda dengan status dan kondisi 20 tahun lalu.

Ya seperti itulah hasil ulasan dan perspektif saya mengenai apa itu menikah, dan harus bersikap seperti apa. Semenghindarnya kita dengan topik bahasan menikah kalau sudah waktunya di usia membahas hal seperti itu silahkan membekali diri dengan ilmu.

Manusia hidup di dunia ini dengan ilmu untuk bertahan dari segala kondisi dan pemahaman, kebutuhan sosial yang dibutuhkan manusia ialah berkomunikasi menjadi alat untuk berinteraksi.

Mari sama-sama belajar hal yang selalu baik, menyalurkannya kepada khalayak ramai. Jangan bosan menjadi manusia bermanfaat..

 

 

 

 

 

 

 

Komentar