Penting
atau tidak pentingnya Perayaan Valentine’s Day
Amelia Rosliani
sumber gambar : pos-kupang.com
Bulan
Februari selalu disangkutpautkan dengan sebuah
perayaan fenomenal berupa hari kasih sayang. Valentine’s Day yang jatuh
pada tanggl 14 Februari setiap tahunnya. Perayaan ini awalnya sangat terkenal di masyarakat
kalangan barat yang rutin merayakan hari perayaan Valintine’s Day,
dengan ciri khas memberikan sebuah cokelat atau hanya sekadar bertukar hadiah
dengan kerabat terdekat. Kepopuleran perayaan hari kasih sayang tak hanya booming
di negara barat saja, Valentine’s Day kemudian mulai merambah ke
negara-negara di Asia, seperti Jepang, Taiwan, Korea, dan termasuk Indonesia.
Perayaan
Valintine’s Day di Indonesia lebih terkenal di kalangan remaja dan anak
muda, berusia 15 tahun sampai 25 tahun yang masih rutin merayakan. Biasanya
setiap tanggal 14 Februari remaja Indonesia saling memberikan cokelat kepada
kerabat terdekatnya. Terlepas dari sebuah kebiasaan di bulan Februari, perayaan
Valentine’s Day memiliki pro dan kontra dari sudut pandang budaya serta
religius. Namun, tidak semua remaja yang pro, dan tidak semua orang yang
kontra. Remaja-remaja yang memegang teguh terhadap nilai-nilai
agama menjadikan perayaan tersebut hanya angin lalu, bahkan menganggap hari Valentine’s
Day tidak ada.
Kembali
pada topik penting atau tidak pentingnya sebuah perayaan Valentine’s Day,
melihat dari sudut pandang agama. Islam tidak pernah mengajarkan apa itu Valentine’s
Day. Islam adalah agama yang benar dan sempurna, tidak tertinggal suatu
yang kurang atau belum dijelaskan. Selain itu, jika ditelusuri dari sudut
pandang budaya sangat bertolak belakang sekali dengan kebudayaan bangsa, terlebih dengan
syariat Islam. Perayaan Valentin’s Day yang penuh dengan hura-hura
merupakan kegiatan yang menghambur-hamburkan nikmat. Alangkah baiknya aktivitas
seperti itu dialihkan untuk hal lain yang lebih memiliki manfaat positif bagi
budaya sehari-hari. Selain itu, tenaga dan waktu pun terbuang sia-sia dalam hal beraktivitas.
Dapat
disimpulkan bahwa, perayaan tersebut merupakan tindakan yang sangat bertolak
belakang dengan budaya kita, tindakan kufur nikmat yang sangat mubazir. Sebagai
remaja muslim yang beriman sudah sepatutnya tindakan perayaan Valentine’s
Day tidak harus dirayakan. Sebab cara pandang remaja yang terbuka akan
sesuatu hal baru, para remaja menjadi sasaran agen penyebaran bahkan
penyebarluasan dalam membudayakan hal yang tidak seharusnya dibudayakan.
Seharusnya informasi yang disampaikan oleh remaja dan disebarluaskan
berkaitan dengan isu-isu yang dapat memberikan manfaat dan membuka cara pandang
para remaja lainnya. Oleh sebab itu, ikutilah yang dapat memberikan dampak
positif dan dapat mengubah cara pandang kita terhadap suatu masalah, dan dapat
memberikan manfaat kepada kita.
Komentar