PESAN MASUK
[3]
Hobi memakai tas ransel carier,
membawa tabung kertas untuk dijadikan bahan presentasi di kelas dan di ruang
organisasi. Keyla, perempuan berkulit lebam karena senang di alam terbuka,
berambut sebahu, berpakaian bak pekerja lapangan. Gadis penyuka sayuran ini
kerap pulang malam dari kampus menuju peristirahatannya ke kosant. Karena sibuk
untuk berorganisasi dengan komunitas internal kampus. Keyla muda pendiam, tidak
suka berbasa-basi, dan berteman dengan banyak orang. Namun, semenjak duduk di
perkuliahan ini menjadi bertolak belakang sekali sampai 180°. Keyla sekarang yang senang untuk
berpendapat walau tidak pernah sependapat, Keyla yang senang berlama-lama di
lemari buku untuk membaca buku filsafat ketimbang harus merayakan malam minggu.
“Key, keyla sini turun” teriakan
Mimah memanggil keyla yang sedang panjat tebing di sekret UKM pendakian kampus.
“Ada apa Mah, kok kayaknya penting banget sih” sahut keyla sambil meneguk air
di botol minumnya sembari merespon Mimah yang sedari tadi memanggil-manggil
namanya dengan semangat.
“Malem minggu besok ada agenda di
kampus, pengenalan mahasiswa baru, ikut yuuk daripada di kosan aja gajelas kan ”
nada merengek mimah membujuk keyla untuk menghadiri acara itu.
“Eh sorry ya walau gue emang
kadang gajelasnya gini, tapi malam minggu itu waktu gue ke toko buku seorang
diri untuk memberikan hadiah ke diri sendiri hahaha” menjawab ajakan mimah dengan
tertawa ialah ciri khas keyla seperti sosok cewek tidak memiliki masalah dalam
hidupnya.
Ya masalahnya hanya tidak bisa memasang
tabung gas kompor dan memasang galon ke dispenser, selebih itu dia manusia
dengan apa adanya dan keanehan membuat teman-temannya geleng-geleng kepala.
“Astagaaa key, masih dilakuin
agenda kaya gitu.? Bentar lagi kita lulus gamau apa nyari calon sebelum lulus
biar wisuda ada temennya,” sahut mimah
“Ribeet banget jadi orang, awaaas
gue mau ke ruangan dekan nih,” sahut
Keyla sambil menenteng ranselnya.
Masing-masing individu
memiliki ciri khasnya tersendiri dalam mengekspresikan sesuatu, ada yang cukup
diam saja atau bahkan berbelit-belit mengeluarkan diksi yang hanya dia yang
pahami. Tergantung konteksnya yang ingin individu tersebut sampaikan. Mimah
orang yang paling dekat dengan Keyla, teman sma yang kadang membuat keyla
geleng-geleng kepala dengan tingkah sanguinisnya. Cocok dengan sosok Keyla yang
korelis, dan tidak suka basa-basi, hidup sendirian jauh dengan orang tua
semenjak SMA. Mimah menjadi teman sekaligus keluarga bagi Keyla di perantauan,
Mimahlah yang mengurus Keyla jika sedang sakit, sungguh merasakan sakit pada
saat menjadi anak kosant itu sangat tidak menyenangkan.
Jauh dari keluarga dan
orang tua mengajarkan bagaimana untuk mandiri, bijaksana dan bertahan serta
memendam rasa keluh yang tidak mesti diungkapkan dengan kata-kata.
Kampus menjadi tempat yang ia sukai,
belajar menjadi aktivitas yang paling ia sukai terlebih bukan hanya soal akademik.
Namun, manusia dengan kesibukan menjadi kata kerja yang saling berhubungan dan
sulit untuk dipisahkan di circle Keyla. Menjadi sibuk, sebuah keharusan yang ia
lakukan untuk melupakan sesuatu hal, entah disibukan oleh persoalan komunitas
atau disibukan dengan hal lain (akademik) dapat menghilangkan pikiran negatif
ketergantungan di kehidupannya.
RRR
Grgrgrgr ***
Hp Keyla bergetar,
menandakan pesan baru masuk ke surelnya.
Selamat berkas anda
lolos tahap wawancara J
RRR
Pesan yang memberikan
angina segar kepada Keyla, si pengalana yang selalu ingin berkelana menciptakan
kebahagiannya sendiri, tanpa meminta untuk mewarnai kehidupannya. Sebelum
wisuda Keyla diberitahukan informasi terkait menjadi relawan di tanah Borneo,
informasi tersebut ia dapatkan dari seorang dosen pembimbing lapangannya.
“Sayang Key, masih muda harus banyak
mencari pengalaman dan membentuk relasi” kata Pak Toni, selaku dospem
lapangannya.
Di hari yang sama, Keyla
mulai mengumpulkan berkas-berkas yang harus ia unggah di situs relawan,
mengumpulkan sertifikat-sertifikat acara sosialnya sebagai bahan rujukan bahwa
kelayakannya dapat dipertanggung jawabkan bilamana ia terpilih.
Sayup sayup angin masuk
melalui celah jendela kosantnya di lantai 2, Jalan Dipatiukur menjadi sangat
damai dan sunyi, 4 tahun sudah lingkungan Dipatiukur ini menemani ia dalam
keseharian mencari makan, atau bahkan tempat bertukar opini dengan sesama
kawan.
Silahkan balas Ya
pada pesan ini, jika anda bersedia mengikuti tahapan berikutnya.
Bandung,
11 Mei 2018
Bismillah, Ya
saya bersedia mengikuti tahapan berikutnya.
Tertanda, Keyla Adzani
balasan surel pun
terkirim.. *
“Semoga langkah ini dapat
menyibukanku dari kesibukan di lapangan nanti, semoga di lingkungan baru nanti
lebih menjadi produktif lagi,” jawabnya memandang langit-langit kamar.
Empat tahun lebih
mendiami gang kecil di daerah Bandung, sepetak kamar berukuran 2x2 meter sangat
cocok dengan manusia yang tidak menyukai keramaian. Di ruangan itu tempat
berkeluh kesahnya Keyla dalam melamun atau bahkan diam seharian. Eh tapi,
dengan rutinitas mematikan handphone pastinya. Mematikan handphone sudah
menjadi agendanya di akhir pekan, sebenarnya bukan untuk apa-apa, hanya saja
sebagai reward terhadap diri sendiri sudah seharian bermain dengan teknologi.
Sehari di hari Minggu waktunya untuk menjauhkan diri dengan keramaian jagat
media sosial.
Sepekan sudah balasan
surel itu, Keyla memikirkan keberlanjutan portofolio yang ia kirimkan mengenai
pengabdiannya di tanah Borneo. Di angan-angannya ia sudah memikirkan bagaimana
berlarian di dalam hutan lebat hanya untuk meneliti hal yang ia sukai. Jauh
dari keluarga membuat dirinya terbiasa jauh dengan jangkauan keluarga, tidak
heran menjadikannya sangat mandiri, manusia yang dapat survive di tengah
hutan berhari-hari hanya untuk meneliti.
Grgrgr ***
Getar handphone bergeser dari atas
meja
*
Selamat kepada Keyla Adzani penempatanmu di lokasi pengabdian
sudah ditetapkan, berikut lampiran informasi mengenai keberangkan.
*
Komentar