Adabnya Seorang
Pelajar
sumber gambar : pixabay.com
Ada sebuah perumpaan seperti ini,
ilmu jika dibelanjakan akan bertambah tapi jika harta dibelanjakan akan
berkurang. Manusia jika diberi kelebihan harta waktunya akan habis dipakai
untuk menjaga harta tersebut, tapi manusia berilmu maka dia akan dijaga oleh
imunya tersebut. Semoga kita menjadi bagian dari manusia-manusia yang gemar
mencari ilmu dan tak lupa untuk mengamalkannya kepada semua orang. Amiiin
Ada yang kadang kita lupakan
sebagai makhluk yang gemar mencari ilmu, ada yang lebih atas lagi di atas ilmu
yaitu akhlak. Pembentukan akhlak lahir dari kebiasaan (habits) yang dilakukan
manusia secara berkala dan terus menerus. Pembiasan berasal dari kata kata
dasar biasa, lazim, sering kali. Pembiasaan merupakan proses penanaman
kebiasaan, mendorong seseorang agar mengupayakan pengulangan suatu tindakan
agar ia terbiasa melakukannya.
Orang yang berilmu akan
menempatkan perilakunya di atas segala adab dan sopan santunnya, tapi jika ia
terbaisa menempatkan sesuatu pada tempatnya dan menjadikan pembiasaan suatu hal
yang lazim di kesehariannya. Maka dapat dikatakan orang berilmu dapat
membedakan mana yang baik baginya dan mana yang buruk di kehidupannya.
Lalu apa kaitannya dengan
akhlak?
Akhlak lebih utama dari ilmu, di
sini menjelaskan bagaimana menjadi makhluk Allah yang hidup di hamparan bumi
Allah yang sangat luas ini membalas segala bentuk nikmat yang telah
diberikannya secara cuma-Cuma. Orang yang berakhlak akan mengedepankan sopan
santun serta adabnya kepada sesama makhluk hidup, bukan yang bergerak saja. Ia akan
saling menjaga satu sama lain terhadap makhluk Allah lainnya.
Saya yakin semua orang pasti
berlomba-lomba untuk menjadi yang terpintar, terhebat, termambisius, atau
bahkan tersegalanya. Jika pemahaman secara lahiriah, atau akademik selalu
unggul dan selalu berada di puncak kejayaan, seharusnya manusia dapat
menyeimbangi pola tingkah laku adabnya dengan ilmu yang telah diperolehnya.
Menjadi figure yang dapat dicontohi di lingkungan sosialnya.
Pembiasaan mengenai akhlak mutlak
adanya,. Pembiasan itu dalam agama dinamakan takhallauq yang seakar dengan kata
akhlak. Yaitu memaksakan diri dan membiasakannya untuk melakukan sesuatu secara
berulang-ulang. Diriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda :
“ilmu diperoleh dengan belajar (memaksakan
diri dan mengulang-ngulang belajar). Kelapangan dada melalui pembiasaan
melapangkan dada. Siapa yang selalu berusaha mencari kebaikan, ia akan
dianugerahi dan siapa yang senantiasa berusaha menghindarkan diri dari
keburukan, ia akan dihindarkan darinya” (HR. al-Khatib)
Perbuatan yang telah menjadi
pembiasaan lambat laun akan menjadi kebiasaan, jika pembiasaan itu dilakukan
secara berulang-ulang maka akan menjadi sebuah karakter dan menjadi sebuah
identitas diri orang yang melakukan hal tersebut. Di sini manusia dapat membuat
personal brandingnya sendiri.
Jika sesuatu dilakukan dengan
penuh keikhlasan serta mengharap ridho Allah, yakin segala aktivitas yang kita
lakukan akan berbuah hasil manis dan memperoleh hasil yang bermanfaat juga.
Apa jadinya jika orang berilmu
tapi tidak berakhlak?
Sangat sia-sia segala pencapaian
yang telah diraihnya jika dikaitkan dengan nilai akhlak dan adab itu sendiri.
Manusia berakhlak akan menjaga dirinya dari kesalahpahaman makhluk lain di
lingkungan sosial, manusia beradab akan cepat tahu mana hal yang baik dan hal
kurang baik di kehidupannya. Sungguh sangat disayangkan jika memiliki banyak
ilmu tapi tidak mengedepannya soal adab bagi dirinya, sangat merugi. Seharusnya
semakin banyaknya ilmu yang ia peroleh dalam masa pembelejaran atau pencarian
ilmu dapat membuat dirinya menjadi hamba yang tidak memiliki apapun, bukankah
begitu?
Ilmu merupakan samudera tak
bertepi menurut Quraish Shihab pada bukunya yang berjudul “Ada yang hilang dari
kita: Akhalak” dari hari ke hari ilmu pengetahuan semakin berkembang, sarana
untuk mencapainya semakin banyak dan mudah.
Dari sini kita semakin sadar dan
tahu, ilmu tanpa adab seperti kerang bagus yang gagal menghasilkan mutiara
bernilai tinggi. Semakin tinggi dan banyak ilmumu semakin mengedepankan pula
akhlak kepada sesama makhluk Allah SWT di taanan muka bumi ini. Karena
sejatinya manusia ialah khalifah di muka bumi ini, perbanyak bersyukur dan
bersabar.
Semakin banyak belajar akan suatu
ilmu pengetahuan menunjukan bahwa manusia semakin bodoh akan sesuatu hal. Manusia
diberikan akal dan kelebihan guna dapat membantu dan menjaga lingkungan alamnya
agar tetap konfusif dan aman. Tidak ada batasannya manusia diberikan usia untuk
mengenyam pendidikan atau pengetahuan.
Selanjutnya, sebagai seorang
pembelajar sejati tidak mmebanding-banding ilmu yang telah diperolehnya,
membandingkan cara pengajaran seorang guru dengan guru yang lainnya. Sebab,
sebagai seorang pembelajar sejati ia akan senantiasa menerima ilmu dari mana
pun dan dari siapapun. Saya teringat dengan slogan Najeela Shibab, “semua murid
semua guru” mungkin simple, tapi penuh dengan pemaknaan yang mendalam. Jika di
diri kita sendiri menanamkan menjadi murid di mana pun berada, pasti akan
bersedia menerima ilmu dari siapapun.
Semoga dibanyaknya usia kita
tinggal di bumi Allah ini dipakai untuk mempelajari ilmu-ilmu yang tersebar,
dan dengan gigih dapat mempelajarinya dari siapapun tanpa perlu
membanding-bandingkannya.
Semoga kita terus menjadi manusia
yang bermanfaat di lingkungan sekitar kita. Amiiin Ya Robal Alamin.
Komentar