[REVIEW BOOK] Guru Aini Karya Andrea Hirata

 

Guru Aini, Karya Andrea Hirata


Sumber gambar : katapakwe.com

Judul buku      : Guru Aini

Penulis             : Andrea Hirata

Penerbit           : PT Bentang Pustaka

Tahun Terbit   : 2020

Tebal   hal       : 336 halaman

“Konon, berdasarkan penelitian antah-berantah, umumnya idealism anak muda yang baru tamat dari perguruan tinggi bertahan paling lama 4 bulan. Setelah itu, mereka akan menjadi pengeluh, penggerutu, dan penyalah seperti banyak orang lainnya, lalu secara menyedihkan terseret arus deras sungai besar rutinitas, basa-basi birokrasi lain tunduk patuh pada system yang buruk,adakalanya korup, yang jangankan akan mereka ubah, seperti cita-cita mereka semula. Mempertanyakannya saja mereka sungkan.”

Sebuah kutipan yang tertuang di salah satu paragraf novel tersebut, buku ini terbit di 2020 dan termasuk ke kategori buku terbaru karya Andrea Hirata. Jika mengenal dan mendengar penulis ini pasti yang sudah membaca karyanya akan diberikan ketakjuban yang luar biasa. Sama dengan buku-buku terdahulunya, yang mengangkat latar peristiwa tempat daerah asalnya, yaitu Kota Timah.

Isu pendidikan dan kebudayan yang banyak tertuang di karya-karyanya, hingga saya dibuat takjub dalam penginterpretasian sebuah tempatnya. Begitu ciamik, Pak Cik Andrea ini jika menceritakan sebuah latar tempat dan peristiwa, seolah-olah pembaca dibawa untuk berpetualang menjelajah seluk beluk Pulau Bangka Belitung sampai ke daerah-daerah terpencilnya. Keren

Novel ini bercerita tentang perjuangan seorang anak perempuan yang memiliki pendirian idelismenya, mengarungi daerah terpencil di sebuah pulau untuk mengajar. Namanya Guru Desi Istiqomah. Di usianya yang amat muda, Guru Desi mendapatkan kecerdasan yang sangat luar biasa, dapat lulus dengan predikat lulusan terbaik sekolah keguruan serta kedinasan yang dinaungi oleh pemerintah. Pada saat lulus sekolah, Guru Desi mendapatkan kesempatan untuk mengabdi di sebuah daerah terpencil nan jauh dari keramaian kota. Karena sikap idealismenya, Guru Desi mendapatkan beberapa pertentangan, yang utama pertentangan dengan keluarga besarnya. Lebih lagi karena status sebagai seorang perempuan.

Perjalanannya pun akan sangat mengasyikan jika perjalanan yang dilalui oleh tokoh utama tak hanya mengikuti alur dari cerita saja. Melainkan memiliki sisi positif yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Mengingat tokoh utama pada novel ini berpsofesi sebagai guru. Menjadi guru matematika yang sangat ditakuti, disegani bukan hanya dengan sesama murid saja, melainkan guru yang sangat fenomenal dan memiliki idealisme tinggi di lingkungan sekolah.

Sikap idelisme atau teguh pendiriannya seorang Guru Desi terlihat pada saat ingin menemukan seorang murid yang sangat cinta dan menyukai matematika. Sebab, mata pelajaran matematika sudah menjadi mata pelajaran momok bagi semua murid, dan menjadi objek yang paling ditakuti karena beberapa murid yang memiliki sindrom pada saat mengerjakan soal. Karena kegigihan serta sikap idealisme Guru Desi, akhirnya menemukan seorang murid yang amat cerdas terhadap matematika. Namun, sayang seribu sayang, sikap ketakjubannya terhadap murid tersebut hanya memberikan bekas kekecewaan yang lumayan lama. Seorang murid yang tidak menyadari kecerdasan yang dimilikinya (Debut Awaludin), seorang murid yang begitu naif akan kepintarannya terhadap bidang tertentu harus meninggalkan bangku sekolah hanya demi kata ‘solidaritas’.

Lambat launn, kekecewaan yang dialami Guru Desi pun surut akan kedatangan murid yang cerdas bernama Aini atau bernama lengkap Nuraini. Tetapi, kecerdasan Aini bukan serta merta mendadak langsung cerdas terhadap matematika. Langkah yang dilalui Aini sangat panjang dan banyak sekali kerikil atau bahkan batu besar di hari-harinya demi dapat memahami matematika di pelajaran Guru Desi.

Secara keseluruhan saya menilai novel ini sangat bagus, terlebih mengangat isu pendidikan dan latar belakang ekonomi yang dialami oleh beberapa tokoh di dalam ceritanya. Jika kepintaran identik dekat dengan orang yang ramah dengan kemewahan uang, nyatanya di cerita ini kita harus banyak bersyukur dan berusaha saat kondisi ekonomi jauh dari orang-orang yang lebih beruntung. Maka jalan lain untuk menggapai kesuksesan ialah berpegang teguh sama prinsip, dan kemauan untuk maju. Saya dibuat takjub oleh sikap Guru Desi yang ceplas-ceplos kepada orang lain, atau muridnya. Orang lainnya dapat didefinisikan oleh seorang teman dekat Guru Desi yaitu Guru Laila, kepala sekolah, bahkan keluarga besarnya. Di mana, yang menjadikan lelah pada diri kita sendiri ialah memaksa untuk menjadi pribadi orang lain, serta menipu diri sendiri.

Tak hanya itu, sikap Guru Desi pun kepada murid-muridnya membuat saya tertawa berbahak-bahak. Sangat tendensius dan sarkas wkwk. Di zaman sekarang, rasanya di mana subjek pendidikan ialah guru selalu menjadi sorotan entah di lingkungan sekitar atau media sosial. Banyak pemberitaan yang mengangkat subjek pendidik sebagai tokoh utama yang terzolimi oleh sistem yang tak lagi sama dengan zaman dahulu. Dan, itu sudah menjadi sangat kontras sekali, seperti halnya terjadinya misunderstand antara murid dan guru, serta minimnya komunikasi yang terjalin dengan wali murid. Menjadikan guru faktor yang selalu banyak dilaporkan oleh oknum-oknum yang tidak ingin disalahkan. Dan, itu yang saya rasakan di zaman sekarang sangat berbeda dengan di zaman saya sekolah sekolah dasar sampai sekolah menengah umum.

Ada sebuah ungkapan, guru itu sebagai pengganti orang tua di sekolah. Mau sekeras apapun guru di sekolah pasti ingin melihat murid-muridnya sukses dan menjadi manusia yang bermanfaat. Nyatanya, semakin majunya zaman, peristilahan seperti itu tidak banyak digaungkan kembali.

Poin plus yang dipelajari setelah membaca novel ini ialah jadilah orang yang memiliki idealisme, jangan menipu diri sendiri, harus memiliki sebuah prinsip. Kemiskinan bukan menjadi alasan untuk tidak maju dan sukses, serta kebodohan pun bukan menjadi tolak ukur seseorang untuk maju dan memiliki keberuntungan.

Berikut beberapa kutipan yang sengaja saya rangkum di novel Guru Aini, yang saya sukai

“Pendidikan memerlukan pengorbanan, Bu. Pengorbanan itu nilai tetap, konstan, tak boleh berubah”

Kemiskinan dan kepercayaan diri yang rendah membuat mereka selalu merasa hal-hal akademik yang hebat akan selalu menjadi milik orang lain, milik orang kota, milik anak-anak orang kaya di sekolah-sekolah hebat.

“Tanpa idealism, matematika akan menjadi lembah kematian pendidikan”

Anak-anak dan kesulitan matematika adalah endemic global, sehingga timbul fenomena mat anxiety di antara murid-murid.

“Kemampuan matematika itu tidak dilahirkan, Laila, tapi dibentuk”

Memintarkan seorang murid cukup untuk membuat batin seorang guru tertekan. Namun, murid yang sudah pintar dan mengabaikan kepintarannya, akan memukul perasaan seorang guru dengan kegetiran yang tak dapat dimengerti siapa pun.

“Matematika adalah ibu bagi fisika, kimia, statistika, arsitektur, computer, biologi, kedokteran, dan…”

“Pakaian yang kita pakai, posisi kita melekat di tempat duduk, ilmu yang kita kuasai, pekerjaan yang kita pilih untuk mencari nafkah, bahkan kata-kata yang belum ucapkan, tunduk pada hokum sebab akibat, Aini”

“Positive mental attitude, sebab guru menyayangi dengan cara yang aneh, tough love. Guru bersikap keras karena ingin kau tak jadi orang penakut, Tun. Seorang penakut takkan bisa belajar matematika.”

 

 

Komentar