Pentingnya Memiliki Batasan untuk
Dirimu
sumber gambar : divorcemag.com
Pada
dasarnya manusia makhluk sosial, pasti selalu membutuhkan pertolongan dari
orang lain untuk berkomunikasi atau bekerja sama. Setiap manusia itu unik,
masing-masing individu pasti memiliki karakternya tersendiri. Dalam hal
kepribadian, bekerja sama, melakukan sesuatu yang dapat mengembangkan
keterampilannya di masa depan. Betapa pentingnya kita menghargai diri sendiri,
membatasi bukan berarti tidak ingin menerima asupan kritikan dari orang lain.
Batasan di sini, mengenai boundaries
terhadap pertemanan, ucapan, serta perlakuan yang memang pada dasarnya kita
sebagai pribadi yang merdeka berhak untuk tidak meresponnya.
Apa
ada kaitannya dengan sifat toxic?
Bisa
jadi ada. Ada beberapa langkah yang harus kita akui bahwa pada masing-masing
individu berhak memiliki batasannya. Seperti halnya, kita akan tahu bahwa
ucapan orang yang tidak begitu penting bagi kehidupan kita. Pasti tidak akan
merasa berlebihan, Bahasa kasarnya “ahh
urusan dia ini”. Karena kecanggihan teknologi, kehidupan maya kita
seakan-alan mudah sekali untuk diekspos orang-orang di luar sana. Seolah-olah
tidak ada batasan antara kehidupan maya dan kehidupan nyata, dan tidak dapat
membedakan mana kehidupan yang sebenarnya dan kehidupan yang bukan sebenarnya.
Kenapa
sih kita harus memiliki sebuah
batasan?
Di
zaman serba canggih oleh teknologi sekarang ini, manusia tidak dapat menjaga
sikap mengeluhnya dengan cara menyimpannya di dalam hati/ diri sendiri. Manusia
dapat dengan mudah mengekspresikan perasaannya melalui media sosial, bercerita
mengenai pekerjaan, pertemanan, hubungan, atau bahkan masalah pribadinya. Saat
orang di sekitarmu sudah merasa ingin tahu, karena beberapa permasalahan
tersebut yang selalu dibagikan di media sosial, sehingga beranggapan yang
tidak-tidak. Salah satu langkah yang harus pribadi kita miliki ialah sikap awwarnes, kesadaran sikap betapa
pentingnya memiliki batasan.
Salah
satu kata-kata penyemangat yang saya sukai ialah seperti ini
“Hidupmu kamu yang merasakan, kamu
berhak menerima kritikan dari orang-orang. Tapi, kebahagian orang lain bukan
menjadi tanggung jawabmu. Tugasmu ialah membahagian diri sendiri”
Jika
dibaca sekali lagi mungkin seperti kalimat egois, atau mencintai diri sendiri
ketimbang untuk memikirkan orang lain. Well,
yang jelas masing-masing individu berhak dan bebas untuk berekspresi, menjaga
privasinya, serta jangan lupa untuk berempati pada lingkungan sekitar. Nah,
sikap kepo dan empati itu berbeda
yaaa, jadi kita harus lebih jeli terhadap kedua kata tersebut. Niatnya ingin
tahu kabar atau informasi orang lain, tetapi sampai melupakan batasan serta attitude dalam bersosial. Contohnya?
Menyinggung perasaan lawan bicara, menyinggung persoalan privasi, dan yang
lebih parah menggunakan perkataan yang tidak sepantasnya.
Kenapa
sih, kita harus memiliki batasan?
1. Menghargai privasi orang lain
Setiap manusia pasti memiliki permasalahan, entah
masalah di dunia kerja, pertemanan, hubungan, dan privasi. Di sini kesadaran
kita dimulai, pentingnya untuk menjada privasi orang lain, sebab diri sendiri
juga memiliki privasi yang tidak ingin diketahui oleh orang lain.
2. Menjaga kesopanan
Ini yang perlu kita garis bawahi, kesopanan bukan
hanya masalah tindakan perilaku saja, melainkan dari tindak tutur kata pun
termasuk ke dalam kesopanan. Yang perlu kita garis bawahi, menjaga kesopanan
dan bersikap sopan pun tidak hanya kepada orang yang dikenal saja, melainkan
kepada yang belum dikenal.
3 3 . Menjaga pertemanan yang sehat
Alasan selanjutnya ialah untuk menjaga pertemanan yang
sehat. Tidak dapat kita pungkiri memang ikatan pertemana sedekat apapun jika
terlibat konflik pasti akan mengalami keretakan. Untuk menjaga kenyamanan dan
rasa saling peduli terhadap teman, kita harus memiliki batasan juga terhadap
sahabat. Antara privasi dan persoalan yang memang ingin diketahui bersama.
4. Bedakan empati dan kepo
Ini juga termasuk. Cara yang ampuh untuk membedakan
mana sikap empati dan kepo itu sangat
jelas, selain untuk menanamkan attitude
kita terhadap orang lain, sebagai individu dapat menahan pertanyaan yang akan
keluar.
Kesimpulannya, masing-masing diri kita pasti memiliki
batasannya. Sebagai makhluk yang senang berkomunikasi dengan individu lainnya,
alangkah baiknya dapat menjaga perilaku-perilaku pada saat bersosialisasi. Entah itu dari segi perilaku atau tutur kata.Tidak
semua dapat diikut campuri, berhak untuk menjawab dan berhak pula untuk tidak
menjawab. Selanjutnya, demi pikiran kita yang akan terus sehat hehe
Komentar