Baca Buku ke Perpustakaan Nasioanl RI


Kunjungan kali ini saya bukan sedang solo travel menjelajah ibu kota. Tapi, traveling saya kali ini ditemani oleh 3 santri hebat, ia bernama Keisha, Myiesha, dan Azka yang mungkin akan menjadi salah satu pengalaman yang sangat berharga. Waktu itu kami berangkat pagi dari pontren, berhubung waktu penjengukan para santri jadi kami meminilisir untuk bersiap-siap pagi hari. Sekitar pukul 9.00 kami berangkat menggunakan ojeg daring menuju stasiun kereta Rawa Buntuk menuju stasiun Tanah Abang dan menuju stasiun Cikini. Perjalanan sekitar satu jam setengah menggunakan transportasi umum kami menuju lokasi utama yang berada di Jalan Merdeka, Jakarta. Raut wajah penasaran dan bahagia yang terpancar di mereka, begitu pun saya karena ini pertama kalinya mengajak murid traeveling.




Di awal pintu masuk kami disuguhi pemandangan perpustakaan yang berkaitan dengan suasana penulisan. Mengenai buku bacaan, media bacan, media tulis, sampai perpustakaan di zaman kolonial. Serta, mengenai sumpah pemuda, di mana menjadi cikal bakal disahkannya bahasa Indonesia sebagai bahasa  NKRI. 

Pustaka, atau lebih sering kita sebut buku menjadi objek utamanya. Diciptakan dari berbagai macam tangan dengan buah pikiran yang sangat luar biasa. Di bagian pustaka ini saya sedikit flashback ke masa-masa dalam penyusunan skripsi dulu. Berhubung judul skripsi yang saya ambil mengenai membaca, mengukur kemampuan membaca siswa di menengah atas. Setelah dipikir kembali, kenapa ya dulu saya sangat tertarik dengan membaca?

Saat semua teman banyak mengambil judul skripsi mengenai menulis, saya mengambil metode membaca. Semua berawal saya terinspirasi oleh salah satu dosen yang menjadi dosen pembimbing saya. Beliau bilang, jika kau ingin mengetahui jalan pkiran seseorang tersebut, lihatlah dari seberapa banyak buku yang ada di rak kamarnya. 

Semoga beliau selalu diberikan kesehatan, dan ilmu-ilmu yang selama ini melekat di sanubari saya menjadi amalan jariyah. Amin Yya Roba;'alamin. Itulah sepenggal kisah dalam penyusunan skripsi saya yang menggeluti di bidang membaca, lebih tepatnya mengukur kemampuan membaca pemahaman siswa di bangku menengah atas. Oke kembali lagi dalam perjalanan kami di perpusnas, perpustakaan nasional yang terletak di jalan merdeka ini memiliki 24 lantai. Pada masing-masing lantainya memiliki daya khasnya, nah rata-rata yang mengunjungi ini hmm mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, tesis, maupun disertasi. Sebab, terlihat mereka membaca laptop dan mengerjakannya di masing-masing lantai. 
Setelah memasuki perpustakaan, inilah pemandangan awalnya, sebuah gambaran rak buku yang tersusun sangat rapi sebagai ornamen visualnya. 
Inilah pemandangan depan Perpustakaan Nasional RI, kami berfoto di depan gedung yang menjadi ikon. Dengan beberapa bahasa asing di seluruh dunia yang menjadikan ciri khas perpustakaan ini. Perpustakaan Nasional RI memiliki koleksi buku 2, 6 eksemplar. WOW itulah satu kata pertama yang keluar dari mulut saya dan mereka. Kami langsung ke lantai 6 untuk melaksanakan zuhur terlbih dahulu sebelum menjelajahi tempat ini. Mushola ada di lantai 6, oiya jika kalian ingin meminjam atau membaca buku di setiap lantai bebas. Tapi dengan memiliki kartu keanggotaan Perpusnas, bisa membuatnya langsung di tempat. Tapi sangat antre sekali, berhubung saya sudah memilikinya pada saat bazar buku internasional yang ada di JCC tahun kemarin. 
Gambar ini saya ambil di lantai 24 paling atas, karena ingin melihat pemandangan Monumen Nasional dalam jarak jauh dan ketinggian di perpus ini belum dapat teralisasikan. Cuacanya belum mendukung, setibanya kami di lantai 24 ini hujan melanda, dan pembatas gazebo sedang di perbaiki, yak tidak mengapa. Akhirnya kami menuju ruang bacaan yang penuh dengan novel-novel sastra klasik maupun sastra modern.

Sesaat terhening saya melihat pemandangan ibu kota yang ditangisi dari langit. Berhenti dari kerumunan dan kesemrawutan sehari-hari, melihat pemandangan macet dan polusi. Saya dapat melihat dan termenung sebentar untuk melihat pemandangan ibu kota dalam ketinggian 24 lantai. Sendu, riuh, dan nyaman membawa saya semakin betah untuk berlama-lama di sini. Andai bukunya bisa dibawa pulang haha

Traveling selanjutnya yang ingin saya datangi lagi  ialah Museum Nasional atau Museum Gajah. 

Komentar