Dinas Ke Pulau Bangka Belitung

Perjalanan ini tidak memakan waktu lama, hanya saja saya menikmati dari semua perjalanan di pulau yang kaya dengan sumber daya alam timahnya ini. Yups Pulau Bangka Belitung, tapi kali ini saya akan yaa sedikit saja tentang wisata edukasi kemarin selama 2 hari di sana tapi di Pulau Bangkanya saja. Zaman kuliah saya punya teman namanya Ella Novitasari, orangnya sangat ceria, mencintai anak kecil, periang, wawasan luas, serta peduli sama hal-hal yang berbau pendidikan. Singkat cerita saya termotivasi untuk mengajar di sebuah komunitas pendidikan bernama Sakola Alit, saya termotivasi oleh dia, bagaimana dia tidak membandingkan semua orang, pokoknya i'm proud of her. 
Perjalanan di Bangka ini hanya berlangsung beberapa hari untuk menjadi penguji Penerimaan Santri Baru yang diselenggarakan oleh instansi tempat saya bekerja, ketibaan saya di sana mendarat di Bandar Udara Depati Amir yang terletak di Ibukota Provinsi Bangka Belitung yaitu Pangkal Pinang. Di sini perjalanan dimulai, saya dijemput oleh keluarga dari calon santri yang akan mendaftar di DQ bernama Aisyah, perjalanan kami langsung ke Pantai Pasir Padi, putih sekali pantainya, rata-rata pantai di Pulau Bangka belum tercemar dan masih asri, dengan pemandangan pasir putihnya yang bersih serta airnya sangat jernih mebuat mata tak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur dapat berkunjung ke Pulau Bangka.
Saya sering meledek teman semasa kuliah dulu, karena dia senang sekali makan ikan, dan membawa kecap kalau sedang bepergian, hal itu terbukti bahwa rata-rata atau bahkan hampir semua makanan di Bangka menggunakan ikan laut sebagai bahan utamanya. Sebab, untuk mendapatkan sayur dan buah-buahan sangat sulit dan harganya pun tergolong sangat mahal, berbeda dengan di Pulau Jawa, di mana sayuran dan buah-buahan sangat mudah didapatkan dan dikonsumsi, melihat kondisi tanah dan cuaca di Pulau Jawa sangat cocok untuk menanam tumbuhan. Oke kembali ke topik hehe

Banyak lokasi yang saya kunjungi, ini sih namanya dinas sekalian liburan edukasi. Hal yang sangat saya sukai ialah berkunjung di lokasi sejarah, berikut saya lampirkan beberapa hasil jepretan saya tentang tempat wisata di sana,


Berikut gambar Pantai Pasir Padi yang terletak di Kota Pangkal Pinang terlihat sangat indah dan asri air laut yang berwarna biru, walau airnya sedang pasang tak menyurutkan saya untuk melihat secara langsung kejernihan airnya.
Tak jauh dari lokasi wisata pantai, kami berhenti di rumah makan yang menyajikan makanan khas Pulau Banngka, untuk pertama kalinya saya mencicipi cumi goreng yang dipadu-padankan dengan tepung, oke untuk makanan laut saya kurang hobi karena memang seorang vegeyarian (di sini saya begitu bersyukur lahir dan besar di Pulau Jawa) nah kebayang kan gimana rasanya hoho. Tak hanya itu saya mencicipi makanan yang paling fenomenal yang tak boleh terlewat kalau berkunjung di bangka yaitu lempah kuning, ini semacam sayur ikan kakap dengan kuah berwarna kuning, tapi ada yang khas di sini semuanya makanan memakai bumbu terasi untuk semua yang digoreng dan disayur, begitu pun lempah kuningnya. Perbedaannya untuk rasa pedasnya cabai langsung dicelupkan ke dalam sayuran (di sini saya sempat heran) untuk soal rasa enak markotop pedas dan segar karena rasa pedas dan asam dari perasan jeruk limau (and the first time saya memakan sayuran yang memakai bumbu terasi). Sebagai contoh saya mencoba mencari gambarnya di internet, berikut gambar sayur ikan yang bernama lempah kuning


Jangan heran jika berkunjung ke Pulau terkaya di Indonesia dengan kekayaan sumber daya alamnya timah ini, berkujung ke tempat makan satu dengan yang lainnya pasti akan bertemu dengan menu ikan laut, karena ikan laut mudah didapatkan di sini dan harganya sangat terjangkau. Pertama kali saya mencicipi pempek khas bangka saat Ella masih indekost di daerah Bogor, awalnya aneh karena teksturnya identik sekali dengan ikan, setelah saya tiba di Bangka, tak heran semuanya makanan terbuat dari ikan. Berikut saya tampilkan pempek bangka yang bentuknya sama seperti yang ada di Bangka, untuk gambar saya ambil dari internet (berhubung makanan tidak saya foto kemarin).
Pempek khas bangka berbeda dengan pempek khas Palembang, di mana pempek khas Bangka khas terbuat dari ikan tenggiri laut, kalau di Jawa saya biasa memakan pempek yang digoreng dan cuka yang tidak beraroma ikan, di Bangka cukanya sangat identik dan tercium ikan, lalu pempeknya pun dikukus. Wah beda pulau pasti berbeda tradisi ya guys.
 Gambar di atas yaitu gambar berupa macam-macam otak-otak ikan yang saya cicipi di Pulau Bangka, ada 4 jenis otak-otak, berbentuk baso, lonjor yang terbuat dari ikan tenggiri, yang digoreng dicampur dengan tepung tapioka, otak-otak yang dibakar dengan menggunakan daun pisang, dan satu lagi yang terbuat dari bahan dasar cumi. Nah, semuanya ikan juga yaaa jadi di mana-mana ada ikan dan selalu ikan, waaah kebayang deh tinggal di sini proteinnya pasti banyak sekali. (gambar saya dapat di internet sebagai contoh)
Tak, ketinggalan sambal yang menjadi cocolan pada saat memakan otak-otak, kalau di Jawa bertemu dengan sambal goang, sambal goreng, sambel yang identik dengan berbahan buah-buahan apalagi jika berkunjung di rumah makan khas sunda tak lepas dari jenis sayuran sebagai teman lalapan, pada saat makan bersama nasi. Oke back to topic, pada saat makan otak-otak ase ada 3 macam jenis sambal yang dihidangkan, pertama sambal cabai yang diracik dengan bawang putih, kedua sambal yang terbuat dari racikan cabai dan terasi, dan yang terakhir sambal cabai yang diracik dengan menggunakan tauco. Kembali lagi ke selera, karena saya pasti akan memilih sambal cabai dengan racikan bawang putih hehe

Yang terakhir, es kacang merah, parutan es yang ditaburi kacang merah dan susu kental manis. Kalau menurut saya ini makanan sejenis akulturasi karena warga tiongkok identik dengan makanan es dan es campur, dan kacang merah. Soal rasa hmm,, cincai lah, es yang saya minum tidak habis (maklum sudah telalu kenyang dengan otak-otaknya)
Hari selanjutnya saya mengunjungi Museum Timah Nasional yang berada di Kota Pangkal Pinang, ternyata lokasi museum tidak jauh dengan tempat saya menginap, dapat berjalan kaki. Kalau yang pernah menonton film Laskar Pelangi pasti mengetahui ayahnya Ikal di dalam cerita digambarkan ayahnya ikal berprofesi sebagai buruh timah, bagaimana anak-anak di dalam film Laskar Pelangi mengisi waktu berliburnya untuk membantu para orang tua di tambang timah.




Tak hanya wisata sejarah berkunjung ke Museum Timah Nasional yang terletak di Kota Pangkal Pinang, kami pun berkunjung ke Masjid tertua dan terbesar di Kota Pangkal Pinang, lebih tepatnya di Pulau Bangka. Masjid Jamik namanya, terletak di Jalan Masjid Jamik. Dibangun pada tanggal 3 Syawal 1355 H atau bertepatan dengan tanggal 18 Desember Tahun 1936. Masya Allah sungguh waktu yang tepat saya berkunjung ke sana pada saat waktu salat ashar setempat, dan sangat senang sekali rasanya dapat mengetahui sejarah penyebaran muslim di Pulau Bangka.
Nah, itu dia rangkaian perjalanan saya di negeri yang dikenal dengan negeri serumpun sebalai,  semoga dilain waktu saya dapat berkunjung lagi di Pulau Bangka dan ke Pulau Belitung untuk mengunjungi sekolahnya Ikal dkk dan Bu Mus dalam mengajar anak-anak laskar pelangi. Amin

Komentar