Bazar buku, siapa yang tidak kalap melihat
pemandangan satu ruangan dihuni oleh buku-buku dari berbagai penerbit. Jumat
lalu saya mengunjungi Indonesia International Book Fair bertempat di Jakarta
Convention Centre berlangsung selama lima hari. Bekraf sebagai penyelenggara tak lupa didukung oleh pemerintah, dari sebuah kegiatan yang sangat megah dan berpengaruh sekali dalam aktivitas
IIBF 2018 ini. Ada banyak penerbit-penerbit yang ikut memeriahkan acara IIBF,
tak hanya penerbit dari dalam negeri, penerbit luar negeri pun ikut memeriahkan
bazar buku di kawasan Senayan tersebut. Acara yang disuguhkan pun
bermacam-macam, tak hanya pameran buku saja, bedah buku, launching buku,
seminar, serta event-even yang mengundang siswa dari berbagai macam tingkatan
untuk mengikuti lomba.
Oke, kali ini saya akan berbagai pengalaman saya
kemarin tentang masa pengubekan saya saat mencari buku, dan berburu buku-buru
murah. Setiap melihat fenomena bazar buku entah saya rasanya tidak mau pulang,
dan ingin menginap di lokasi bazar wkwk. (jangan di contoh yaa kawan-kawan).
Ini pengalaman saya mendatangi Indonesia International Book Fair, sebelumnya
saya pernah mendatangi acara-acara buku seperti Islamic Book Fair di lokasi
yang sama dan di tahun yang sama. Tak hanya itu, saya pernah mendatangi bazar
buku di ICE BCD (nama acaranya saya lupa) hehe.
(Suasana diskusi membahas tentang Gerakan Literasi
Sekolah)
Okey, mungkin ini sedikit kurang penting bagi
kalian, tapi selama pengalaman kemarin akan saya tulis di halaman blog saya, ya
sepertinya akan menjadi kenangan yang akan saya ceritakan ulang kepada
anak-anak saya, anak kandung yaa hehe bukan hanya anak didik. Sehari sebelum
untuk pergi saya sudah merencanakan akan mengunjungi stand-stand apa saja,
seperti Perpusnas, Kemdikbud, serta Penerbit Republika. Kenapa saya ingin
sekali mengunjungi ketiga tempat itu? Well saya ingin mencari informasi seputar
yang berhubungan dengan pembelajaran di kelas jadi saya harus mengunjungi
Kemdikbud. Dan, benar saja sesampai di stand Kemdikbud saya disuguhi oleh
pemandangan buku-buku terbitan Kemdikbud, terutama dari Pusat Pengembangan
Badan Bahasa, saya tertarik dengan segala macam bahasan yang bersangkutan
dengan literasi. Alhasil saya berhasil memboyong satu tas penuh buku-buku yang
diterbitkan oleh Kemdikbud tentang persoalan literasi di sekolah-sekolah di
Indonesia.
(stand Kemdikbud, dengan jargonnya Gerakan Literasi
Nasional)
Bicara soal literasi, kita akan membahas materi
atau bahkan obrolan yang akan sangat luas. Literasi digital, literasi
kewargaaan, literasi sains, bahkan literasi sekolah. Sebuah negara akan maju
dan melewati masa-masa yang sulit, di mana semua elemen-elemen masyarakatnya
bekerja sama dalam menyelesaikan segala persoalan. Termasuk soal literasi,
melihat fakta akhir-akhir ini yang membuat saya berpikir keras bagaimana
menciptakan atau bahkan mengajak generasi muda untuk lebih mencintai buku dan
membiasakan membaca buku. Ada kebiasaan yang sulit saya hilangkan, yaitu
terbiasa untuk membeli buku setiap mengunjungi toko buku, akhirnya kebiasaan
tersebut mengakar hingga dewasa. Di rumah ada koleksi-koleksi buku-buku yang
saya kumpulkan sejak kecil hingga sekarang, boleh membacanya asal jangan dibawa
pulang hehe
Incaran kedua saya terfokus ke tempat pameran yang
isinya berjejer karya-karya sastra berupa novel klasik, sajak-sajak, serta
puisi-puisi yang sangat saya idolakan penulisanya. Sebut saja puisi yang
berjudul “Hujan Bulan Juni” yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Di
sana terpampang sangat apik nan cantik buku-buku karya sastrawan seperti Sapardi
Djoko Damono, Eka Kurniawan, Seno Gumira Ajidarma, Laksmi Pamuntjak, dan masih
banyak lagi. Tak kalah penulis-penulis angkatan 20an yang karyanya berbaris
cantik, karya sasatrawan-sastrawan terbitan Balai Pustaka pun menghiasi koleksi
para sastawan Indonesia. Sebut saja karya yang paling legendaris dari Marah
Rusli novel yang berjudul “Siti Nurbaya”. Novel-novel itu berbaris dengan
sangat rapi, ingin rasanya semua buku-buku tersebut saya bawa pulang dan saya
etalasekan hanya untuk dinikmati dari pandangan saja haha. Saking nyamannya
saya rasanya tak ingin pulang, padahal saya sudah menanti-nantikan ingin
bertemu sama penulis idola yang menuliskan serial Supernova.
Pameran buku seperti ini sangat cocok untuk acara
keluarga, mengunjungi bazar buku akan menambah wawasan kita terhadap buku, tak
hanya itu untuk meningkatkan minat baca juga. Pembiasaan diri untuk membeli
buku dan membaca buku nantinya akan terbawa pada saat dewasa untuk mencintai
buku dan gemar mmebaca buku. Membaca buku sangat banyak manfaatnya, selain
menambah perbendaharaan kosakata, melatih otak kiri, melatih kecakapan, serta
memahami perasaan secara emosional contohnya dengan membaca sastra. Tak hanya
itu, membaca buku menambahkan kosakata untuk belajar public speaking. Itu semua terbukti oleh saya, saya yang awalnya
hanya senang membaca majalah, dan komik. Tetapi, lambat laut bacaan saya
berkembang dimulai menyukai bacaan rangkuman ilmu pengetahuan, koran, novel,
artikel, sampai saat ini novel-novel yang berbau sastra, kritikan sosial.
Kalau ditanya suka buku yang genrenya apa, akan saya
jawab, saya menyukai semua jenis buku. Baik itu buku pelajaran atau bahkan
novel, saya menghargai semua buku yang ada di perpustakaan-perpusatakaan yang
saya kunjungi, dan saya menyukai tempat seperti itu. Karena bagi saya semua buku
itu gudang ilmu pengetahuan dan membacalah cara membuka jendela tersebut. Hobi
yang patut ditularkan ialah membaca, sebuah negara akan maju bila
masayarakatnya gemar membaca dan menghargai pembaharuan, membiasakan membaca
buku setiap hari entah itu koran atau buku anak-anak. Tak perlu lama untuk
bertatap muka dengannya, cukup sisihkan waktu 15 menit untuk berduaan
dengannya, bisa karena terbiasa, tidak terbiasa karena tidak dibiasakan untuk mendekatinya. Mari kita membaca buku,
membaca buku dapat menambah wawasan. Salam literasi
Komentar