Literasi Sekolah

  Literasi Sekolah


 Berbicara mengenai literasi mungkin cakupannya akan sangat luas. Literasi digital, literasi sains, serta literasi sekolah. Terlebih lagi peraturan pemerintah yang telah menggelakan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di satuan tingkat pendidikan. Peraturan yang dilaksanakan pun beraneka ragam ada yang memulai pembelajaran dengan 15 menit membaca buku nonpelajaran bahkan  ada yang berbeda dari yang lain yaitu 40 menit dalam sehari untuk melakukan gerakan literasinya. 
  Meskipun kegiatan 15 menit membaca secara impilisit dinyatakan dalam Permendikbud tentang  Penumbuhan Budi Pekerti ditujukan untuk siswa, guru menjadi komponen pelengkap dan tidak terpisahkan dalam peraturan itu. Kehadirannya di ruangan kelas ketika siswa menjalankan “kewajibannya” membaca buku nonpelajaran menjadi sangat spesial. 
  Buku yang dapat dibaca oleh siswa beraneka ragam dapat berupa kumpulan cerita pendek, buku puisi, novel, cerita-cerita fiksi yang telah dibawa siswa dari rumah, alasan tidak membaca buku pelajaran karena buku pelalajaran telah menjadi buku penunjang pada saat pembelajaran di kelas berlangsung dengan guru. Siswa dapat menggali segala informasi yang mereka peroleh di luar pengetahuan di dalam kelas, dapat mengembangkan potensinya untuk memperdalam informasi berupa pengetahuan sastra, sosial serta motivasi yang disampaikan oleh buku motivasi. 
  Hal lain yang didapat pada aktivitas ini siswa dapat menambah perbendaharaan kosakata, meningkatkan minat baca, dan yang pasti menambah ilmu pengetahuan dari buku. 
Pada kegiatan  15 menit membaca, guru tidak menagih tugas tambahan seputar Gerakan Literasi Sekolah, guru tidak perlu bertanya apapun tentang isi buku, seolah siswa meresensi seluruh isi buku.      Kegiatan 15 menit membaca bertujuan untuk membiasakan siswa untuk membaca buku. Jika siswa tidak terbiasa akan buku sebagai gudang ilmu pengetahuan maka akan terbiasa dengan segala informasi yang instan dan mengantarkan pada kemalasan untuk membuka buku. Pada tahap pembiasaan guru sebagai sosok figur untuk siswa dalam melaksanakan gerakan literasi, di mana guru sebagai fasilitator di dalam kelas pada saat menyampaikan materi. 
  Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki pengetahuan yang banyak yang dapat menunjang dan menjawab segala pertanyaan siswa. 
Pengalaman yang saya peroleh dari kegiatan literasi ini ialah siswa dapat dengan mudah mempresentasikan hasil bacaannya kepada teman. Mengetahui update buku terbaru dari temannya yang hobi membaca, alhasil dari sikap seperti itu timbullah sikap persuasi yang ditularkan oleh siswa yang memiliki hobi membaca. Siswa dapat saling barter meminjam buku yang telah selesai dibaca, berbagi cerita dari bacaan. Selain itu, kecakapan berbicara pun dilatih, dengan membaca kita dapat menambah perbendaharan kosakata yang sangat berguna untuk belajar public speaking

Foto ini saya ambil pada saat mengikuti diskusi tentang Literasi Sekolah yang diadakn oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Kemdikbud tahun 2018. Bersama pendidik, mahasiswa pendidikan, serta pegiat literasi di wilyah Jabodetabek.

Saya Amelia Rosliani, seorang pendidik
Saya mendukung program Pemerintah mengenai Literasi 
Salam Literasi J

Komentar