[REVIEW BOOK] Na Willa karya Reda Gaudiamo

  Kawan-kawan pembaca pasti bertanya-tanya bergenre seperti apa sih buku yang saya baca kali ini. Sudah lama sekali rasanya tak membaca buku bergenre sastra anak, sudah lama pula merindukan hal-hal ringan yang tanpa sadari kita acuhkan bahwa itu hal sangat kita rindukan. Hal-hal yang jauh dari jangkauan orang dewasa atau bahkan campur tangan orang dewasa. Kalian tentu pernah bernostalgia, entah dalam hal atau melalui objek apa, kali ini saya diajak bernostalgia lewat buku Na Willa karya Reda Gaudiamo, sejenak saya terpikirkan waktu di mana yang amat sangat saya rindukan. 
  Masa anak-anak yang jauh dari kesibukan dan tuntutan dari berbagai macam tanggung jawab, masa asyik-asyiknya bermain, kawan-kawan pasti pernah seharian hanya melakukan aktivitas menonton tv sambil mulut menganga padahal episodenya sudah ditonton untuk kesekian kalinya. Duh. Semua yang berbau nostalgia masa kecil amat saya rindukan. Buku ini mengajak kita khususnya para pembaca agar lebih memahami sisi anak-anak yang tak jauh dari kegiatan bermain dan tertawa. Saya terlintas bernostalgia saat sikap penasaran saya tidak terealisasikan menjadi kenyataan, sama halnya Na Willa yang merasa tidak masuk akal kenapa ada suara yang keluar dari radio. Saya berkali-kali bertanya pertanyaan yang sama seperti Na Willa, bumi itu bulat atau datar. Kenapa ada air bisa turun dari langit. Yaa, pertanyaan-pertanyaan ringan yang kadang membuat diri ini menggelitik saat mengingatnya. Ini buku kedua yang saya beli dari penerbit independen, dijamin kawan-kawan saya merekomendasikan untuk dibaca kalau ingin memahami atau memperdalam sastra anak, bahkan sekadar ingin bernostalgia mengingat masa kecil. Reda berhasil menjabarkan tingkah kepolosan Na Willa apa adanya, penggambaran anak kecil yang tak jauh dari dunia bermain bersama teman-temannya. Kesulitannya menyebut huruf 'R' untuk menyebutkan salah satu nama temannya, bermain masak-masakan, dan sepedah. Membaca bukunya, saya teringat kembali masa kecil yang penuh dengan kepolosan dan tanpa beban, karena yang dipikirkan hanya main, main dan main saja.
 Selain itu, penggunaan bahasanya pun mudah dipahami. tidak ada kata-kata yang sulit diucapkan. Oiya kawan, buku ini dapat dibeli lewat daring melalui posel, bila ingin membelinya langsung dapat mengunjungi ke Bookshop Post, tepatnya di Pasar Santa daerah Jakarta Selatan. 
  Menurut saya, penulis tak hanya menyampaikan gagasannya tentang dunia anak-anak saja, ada pesan lain yang disampaikan penulis lewat kisah Na Willa. Sikap toleransi perbedaan kepercayaan yang diantara oleh Na Willa dan temannya bernama Farida, momen Na Willa merasa penasaran terhadap pakaian yang dipakai Farida, sehingga Na Willa memakai seprai untuk menutupi sekujur tubunya dengan pakaian berwarna putih (kerudung). Di sini penulis menyampaikan sikap saling toleransi dalam lingkungan bersosial, saling rukun dan hidup damai dalam bermasyarakat. 
Okey, demikian ulasan saya bersama kisah Na Willa, yang sangat saya rindukan sampai kapanpun.

Komentar