Workshop Kepenulisan Bersama Sastrawan Gol A Gong

Siapa yang tak mengenal sastrawan yang memiliki nama pena Gol A Gong, Heri Hendrayana. Kelahiran Purwakarta ini telah banyak menghasilkan karya, seperti novel, cerpen, dan kumpulan-kumpulan cerpen lainnya, novel yang terkenalnya berjudul Balada Si Roy. Selain aktif dalam kegiatan menulis, seminar kepenulisan, beliau aktif dalam kalangan masyarakat, pegiat literasi sekaligus pendiri Rumah Dunia yang terletak di kota Serang, Banten. Tepatnya, pada hari Jumat 2/3/2018 workshop kepenulisannya diadakan di Masjid Raudatul Jannah 2 di Pesantren Terpadu Darul Quran Mulia, peserta workshop yang digandrungi oleh pelajar-pelajar internal santri Darul Quran Mulia dan peserta dari eksternal. Antusias peserta terlihat dari kehadiran, tanya jawab yang dilontarkan ke Sastrawan, sesi yang dilakukan meliputi 3 sesi. Sesi pertama diawali dengan tahap pengenalan terhadap profil sastrawan, sesi 2 dilanjut dengan penyampaian materi dan tahapan-tahapan pada saat menciptakan karya sebuah novel, unsur intrinsik pun diulas kembali, dan sesi terakhir, tanya jawab, dan penyampaian hasil karya peserta yang telah dibuat dari tahapan pertama sampai akhir. Pada kegiatan workshop tersebut ada pesan lain yang disampaikan selain teori dalam pembuatan sebuah karya, yaitu sikap optimis dalan menjalani hidup, sebagai manusia dalam hidup harus menjadi lebih bermakna, bahwa kekurangan tak menjadi suatu alasan untuk tidak bermanfaat bagi orang lain. Jadikan ke kurang menjadi sikap positif serta menjadi poin utama untuk mendobrak perubahan yang positif. Terlepas dari itu semua, hal yang sangat saya acungi jempol ialah menggerakan literasi, bagaimana caranya meningkatkan daya membaca di kalangan lapisan masyarakat, tidak hanya pelajar melainkan ke semua lapisan masyarakat. Tentu, pelajar sebagai agen dari perubahan harus memiliki minat membaca yang tinggi, karena tongkat estapet perubahan Bangsa terletak pada generasi-generasi mudanya. Demikian dengan pertanyaan yang sempat saya lontarkan kepada beliau mengenai sastra yang mengelilingi kehidupan manusia, mengulas perumpamaan buku sebagai jendela dunia, harus saya tepis. Mungkin yang tepat itu membaca kalah membuka jendela dunia, buku sebagai objeknya, pembaca sebagai subjeknya. Kembali lagi dengan buku, kadang kita perlu memilah buku mana yang harus dibaca sesuai dengan situasinya. Maksud dari situasi, bila belajar di dalam kelas, karena sastra cakupannya luas, dari drama, sajak, prosa, puisi, dll. Maka tak heran harus menikmati semuanya.
Manusia tak terlepas dari sastra, entah itu sastra lama maupun sastra baru yang di dalamnya selalu memberikan-memberikan. fenomena-fenomena baru.
Semoga kita dapat meniru beliau dalam menggiatkan literasi di kalangan masyarakat. Amin

Komentar