[REVIEW BOOK] Tuhan Maha Romantis Karya Azhar Nurun Ala

Cinta memang kata kerja dan bukan kata benda. Maka ia terus bergerak tak pernah berhenti. Ia ditakdirkan menjadi kata yang begitu berkarakter, penuh daya dobrak tapi tetap saja sulit untuk didefinisikan, sehingga begitu dahsyat. - Anis Matta
Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakannya. Merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun. Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. Atau meluluhlantakkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat. 
Seperti banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya bisa menganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan bumi, menyeret semua benda angkuh yang bertebaran di hadapannya. Dalam sekejap ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutannya. Setelah ia kembali tenang: seperti seekor harimau yang terlelap tenang. Demikianlah cinta. Ia ditakdirkan jadi makna paling santun yang menyimpan kekuasaan besar.
Seperti api menyala-nyala. Kau tak kuat melawannya. Kau hanya bisa menari di sekitarnya saat ia menggunggun. Atau berteduh saat matahari membakar kulit bumi. Atau meraung saat lidahnya melahap rumah-rumah, kota-kota, hutan-hutan. Dan seketika semua menjadi abu. Semua jadi tiada. Seperti itulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kekuatan angkara murka yang mengawal dan melindungi kebaikan.  - Anis Matta, serial cinta.

Barangkali pada setiap kisah cinta, pada masing-masing manusia memiliki halan yang berbeda. Jalan yang sudah ditakdirkan dan sudah seapik bagaimanapun direncanakan oleh sepasang manusia. Namun, hanya Allah lah semuanya berencana, baik menurutmu belum tentu baik menurutNYa. Tuhan Maha Romantis, saling berkorelasi judul dengan segela sudut pada bait-bait yang dibaca, cinta yang belum selesai, perasaan yang belum tergenapi, dan harapan yang tak kunjung padam. Barangkali benar istilah perempuan sebagai cobaan terbesar laki-laki. Permasalahan utama terletak pada tokoh utama bernama Rijal, yang dibayangi oleh ketakutan-ketakutan akan kenangan masa lalu perempuan penyuka hujan bernama Laras yang belum selesai, sampai suatu ketika ialah yang berperang melawan perasaan-perasaan yang mampir pada setiap inci pikirannya yang membuat kerasionalannya berkurang menjadi laki-laki cerdas.
Jarak lama tak menyurutkan perasaan itu menjadi surut bahkan hilang. Tidak
Perasaannya semakin lebam, pada setiap prosa-prosa yang ia buat, sebab ada banyak kesempatan untuk mengingatnya. Hingga pada suatu ketika, mereka dimanjakan oleh takdir saling bercengkrama, mengutarakan perasaan yang semakin lebam itu bertahun-tahun pada ikatan yang telah lama dinanti-nantikan menjadi sebuah ikatan yang sakral. Sebuah pernikahan. Tuhan memang Maha Romantis, selalu ada jalan bagi hambanya yang bersungguh-sungguh, sekali lagi Tuhan Maha Romantis, menyatukan dari ratusan kilometer jarak membentang, perbedaan benua, tanpa komunikasi menyatukan sepasang manusia dalam sebuah ikatan yang sah. Tuhan Maha Romantis, dari setiap perjalanan yang dihitung oleh rasa lelah, harapan-harapan yang terucap pada keheningan malam, doa-doa yang menjamu di atas langit-langitNya. Tuhan memang Maha Romantis. Memang, dan Aku percaya itu.

Well, itu opini saya setelah selesai membaca novel yang berjudul Tuhan Maha Romantis, sebagai manusia yang akan menjalani perjalanan hidup yang sakral dengan orang yang sudah dipilih oleh keluarga mungkin alangkah baiknya pada setiap keputusan-keputusan yang akan diambil. Lebih baik untuk menyelesaikan terlebih dahulu kisah masa lalu yang telah terjadi. Agar garam itu tidak semakin candu dan syahdu untuk menyirami luka pada kulit yang menganga. Untuk hati yang tak lelah dalam penantian dan rasa menunggu, maka jadikan rasa menunggumu sebagai posisi dalam ketaan, serta kearifan. Amin
Teruntuk para penunggu, untaikan rindumu pada bait-baik doamu kepadaNya.

Amelia Rosliani | Pengajar | Pemimpi abstrak

Komentar